Senin, 18 Februari 2013

sejarah chipset

Perjalanan Chipset indonesia

Chipset adalah kepingan hitam kecil yang memiliki kaki banyak. Isi chipset terdari pci bus, usb, sdram, ditambah baseband module dan komponen-komponen yang lain. Biasanya chipset dibungkus dengan packaging chip yang digabung dengan pcb board. Fungsi chipset wireless adalah menerima sinyal dari luar, mengolah dengan komputasi menggunakan algoritma tertentu, lalu mengirimkan lagi sinyal tersebut keluar lewat RF. Chipset adalah sistem yang sangat kompleks, dibutuhkan setidaknya 50 engineer untuk mendesainnya baik dari hardware, software, dan modeling.

Alangkah baik kita perkenalkan 2 tokoh penyumbang terbesar dalam industry chipset Indonesia, yaitu Trio Adiono, PhD dan Eko Fajar Nurprasetyo, PhD. Hmm.., dua-duanya sudah PhD, mantapkan ya. Sehari-harinya saya hanya memanggil pak Eko dan pak Trio saja. Pak Eko berasal dari Bogor, sempat kuliah 6 bulah di Teknik Informatika ITB, selanjutnya beliau meneruskan S1, S2 dan S3 di Kyushu University. Suatu sore saya ngobrol bersama beliau, menanyakan tentang disertasi beliau waktu S3.

Disertasi Pak Eko adalah “Research on Soft-Core Processors for Embedded System Design” yaitu tentang membuat sebuah system software yang dapat menjamin dari mulai RTL sampai asic bisa langsung difabrikasi tanpa cacat dan dengan tingkat keberhasilan yang tinggi.  Setelah lulus S3 nya pak Eko bekerja di Sony RND di bagian chipset. Selain itu bersama istrinya, beliau sukses membangun bisnis makanan halal di Jepang. Kariernya melesat di Sony selama 3 tahun karena beliau setiap dipindah di divisi manapun selalu berhasil. Karena keberhasilannya dalam karier, dalam umur 33 tahun Beliau diangkat sebagai senior distinguished enginner Sony LSI. Beliau salah satu dari 40 orang yang merumuskan kebijakan masa depan Sony kedepan.  Pada tahun 2006 beliau kembali di Indonesia, dan mulai merumuskan road map industry chipset di Indonesia yang nantinya akan melahirkan perusahaan Xirka.

Pak Trio adalah engineer microchip dimana S1, S2 nya diselesaikan di InstitutTeknology Bandung, dan S3 beliau diselesaikan di Tokyo Institute Technology, Japan. Sewaktu di TIT beliau pernah mengerjakan bagaimana bisa mendistribusikan 1 synthesis chip bisa menjadi syncronke 4/6 processor FPGA. Memang terkadang 1 processor FPGA tidak cukup utk menampung area dari 1 synthesis, dibutuhkan lebih dari 2 processor FPGA.

Setelah pak Eko pulang ke Indonesia, beliau merekrut beberapa electrical engineer untuk memulai merintis  pembuatan chip. Mereka adalah generasi awal seperti mas Nana, mas Muri, mas Mulyanto, termasuk pak Eko dan pak Trio.. Legenda cerita menyebutkan bahwa ketika mereka mengerjakan proses pembuatan chip ini terdapat ribuan file, dan mereka harus mempelajarinya.  Mungkin bagi pak Eko / pak Trio ini bukanlah hal yg susah, karena pengalaman dan jam terbang mereka udah tinggi. Tapi ini berbeda dengan sy yg masih perlu banyak belajar.

Generasi Chip berikutnya diisi oleh bang Yanari, the Felis, mas Nana, mbak Astri, mas Ade, mas Syafiq, tehFeni, mas EshaGanesha, Fiffin Nugroho, Norma hermawan, Oky Firmansyah, Riris, mas Indra, mas Ipung, Aldo,Yayan, Thoha, Edes, mas Sutisna, pak Budiman, mas Ismed, Muluk, Asep, mas Ias, Permata dan yg terakhir yg gak penting, sy sendiri Iput. Project pertama pembuatan Chip berbasis pada system OFDM. Sistem OFDM adalah orthogonal frequency division multiplexing access, yaitu seperti generasi telekomunikasi GSM tapi OFDM memiliki keunggulan dengan bandwith multiuser (sanggup menampung berbagai user) namun posisi subscriber station harus statis, artinya tidak bergerak.

Project kedua yaitu mengerjakan chip OFDMA. Prinsipnya OFDMA dgn OFDM sama, hanya saja kualitas sinyal yg diterima lebih robust dan posisi subscriber station yg lebih dinamis, artinya bisabergerak dengan keterbatasan kecepatan v km/h.  Selain itu core OFDMA menggunakan 2 processor dan multiple bus, sehingga traffic data software dan hardware lebih terdistributif.  Generasi xirkasebenarnya diisi org2 lama termasuk saya, namun ada beberapa tambahan orang baru, seperti mas Muri yg baru balik dari Japan, Yusuf, Ami, Syarif, Arthur, Obed. Kecepatan OFDM dapat digenjot mencapai 45 Mbps.

Komplek, susah dan melibatkan berbagai disiplin ilmu bahkan sampai ke kimia utk fabrikasi. Tetapi tantangan menyelesaikan sebuah produk sampai bener2 ‘FINISH’ darihulu-hilir, yaitu dari paper sampai komersial di tangan masyarakat butuhkonsistensi &akumulasi technology bertahun-tahun.Begitu pula sekarang yg sykerjakan juga salah satu bagian dalam OFDMA/LTE.Banyak engineer dan VS/Xirka yg keluar utk sekolah yg harapan saya agar jangan sampai lupa research yang mereka kerjakan bisa bermanfaat bagi kitasemua. Belum tentu org S2/S3 kemampuannya lebih jago dibanding S1, ini semua tergantung pada apa yg 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar